Setiap manusia terlahir dilengkapi dengan akal dan perasaan. Perasaan manusia bersifat sangat kompleks, sehingga menimbulkan berbagai reaksi yang beragam. Salah satunya adalah perasaan kagum terhadap seseorang, mulai dari orang tua, guru, pahlawan, teman sebaya, bahkan juga idola dari kalangan selebriti. Saking kagumnya dengan sosok idola tersebut, nggak jarang membuat kita tergugah untuk mengikuti akun social media media mereka seperti Instagram, YouTube, Twitter, TikTok dan bahkan mengikuti perkembangan berita mengenai apa yang dilakukan oleh sang idola.
Mengagumi sosok selebritas itu hal yang biasa, tetapi ketika rasa kagum tersebut mulai berlebih hal itu bisa berujung pada obsesi yang berkembang menjadi Celebrity Worship Syndrome (Sindrom Penyembahan Selebriti). Celebrity Worship Syndrome digambarkan sebagai perasaan yang bersifat obsesif dan adiktif untuk merasa terlibat, berkontribusi dan memiliki hak atas detail kehidupan seseorang yang diidolakan. Menurut tim penelitian Maltby yang dimuat dalam Journal of Nervous and Mental Disease menjelaskan bahwa individu yang terobsesi dengan selebriti seringkali menderita disosiasi (kepribadian ganda) dan cenderung memiliki tingkat fantasi yang tinggi sehingga seakan-akan memiliki hubungan khusus dengan sang idola padahal hubungan dengan sang idola hanyalah sebatas hubungan sepihak (para-sosial). Hayo siapa disini yang suka halu atau bahkan anggota fandom garis keras?
Menurut tim peneliti dari Newport Acedmy, mengidolakan selebriti merupakan bagian dari fase pembentukan identitas pada usia remaja. Namun, ketika seseorang penggemar telah menunjukkan gejala Celebrity Worship Syndrom (CWS), ia dapat dianggap memiliki gangguan mental. Banyaknya durasi dan konsentrasi yang diberikan seseorang dalam membentuk hubungan imajiner dengan idolanya dapat menyebabkan berkurangnya waktu interaksi dan hubungan sosial di dunia nyata. Selain itu, CWS juga dapat menimbulkan beberapa gejala seperti depresi, gangguan kecemasan, gangguan keterampilan sosial, kurangnya penerimaan diri, hingga penurunan kemampuan kognitif.
Oleh karena itu, kita sebagai remaja perlu untuk memberikan Batasan pada intensitas mengikuti kegiatan selebriti agar tidak mengganggu kehidupan kita. Salah satu caranya adalah dengan bergabung dalam komunitas fans yang positif dan mengikuti kegiatan inspiratif yang dilakukan oleh para selebriti idola. Jadikan sang idola sebagai motivasi, tanpa melupakan dirimu sendiri!
Referensi:
The Journal of Nervous and Mental Disease, A Clicnical Interpretation of Attitudes and Behaviours Associated with Celebrity Worship
Psychology Today, Celebrity Worship Syndrome
Newport Academy, The Connection Between Celebrity Worship Syndrome and Teen Mental Health
Halodoc.com, Membela Idola Berlebihan, Waspada Celebrity Worship Syndrome
Tempo.co, Apa itu Celebrity Worship Syndrome dan Asal-Usulnya?
DokterGenz, Celebrity Worship Syndrome: Ngefans Boleh, Berlebihan Jangan.
Penulis : Farhansyah Pratama, GenRe Indonesia