Untuk Mencegah Kekerasan Seksual!
Oleh ; Gaharu Intra Bijani
Saat ini, masih banyak pihak yang seringkali menyudutkan korban kekerasan seksual karena masih banyaknya stigma dan streotipe yang melekat pada korban kekerasan seksual. Faktanya, masih banyak masyarakat yang cenderung menyalahkan korban kekerasan seksual karena pakaian yang dikenakan, waktu, dan tempat dimana peristiwa kekerasan seksual itu terjadi. Satu komentar pilu yang sering kita dengarkan, “kalau korbannya diam, berarti mau dong?’
Komentar seperti ini sekali lagi membuat kita tersadar bahwa banyak diantara kita yang belum sepenuhnya paham tentang Sexual Consent atau persetujuan seksual. Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh seseorang bagi orang lain untuk melakukan atau mengakses sesuatu. Consent dalam hubungan seksual menjadi prinsip dasar yang harus diperhatikan untuk bisa mengetahui suatu tindakan termasuk kekerasan seksual atau bukan. Jika salah satu pihak tidak memberikan persetujuan, maka tindakan tersebut dapat dikategorikan kekerasan seksual.
Untuk bisa mengetahui lebih lanjut tentang manakah yang termasuk tindakan memberikan persetujuan atau tidak, ada setidaknya 5 syarat yang harus kita perhatikan terkait consent ;
- Freely given
Persetujuan seksual harus diberikan secara sukarela dan tanpa paksaan apapun bagi kedua belah pihak. Diam atau tidak mengatakan tidak itu tidak sama dengan memberikan persetujuan seksual. Ada beberapa kondisi dimana seseorang tidak dapat dikatakan memberikan persetujuan seperti misalnya pada orang yang dibawah umur, orang yang kehilangan kesadaran, atau pada korban kekerasan seksual yang mengalami tonic immobility.
- Reversible
Pemberian persetujuan dalam hubungan seksual dapat ditarik oleh pemberi persetujuan kapanpun.
- Informed
Persetujuan hanya dapat diberikan apabila kedua belah pihak sudah sama-sama mengetahui dampak, konsekuensi, dan resiko dari tindakan yang akan diambil.
- Enthusiastic
Selain harus diberikan secara sadar, consent harus diberikan atas keinginan dari diri sendiri dan bukan dari dorongan atau permintaan dari pihak lain.
- Specific
Consent bersifat spesifik dan hanya berlaku pada kegiatan spesifik yang telah disetujui. Contohnya, jika consent diberikan hanya untuk meminjam handphone untuk mengirim pesan, bukan berarti consent juga diberikan untuk melihat isi pesan dengan orang lain.
Dengan memahami lebih jauh tentang consent, setiap orang disadarkan kembali tentang hak dan kewajiban, tentang otoritas atas tubuh mereka, hak untuk berkata tidak, dan hak mereka untuk menentukan batasan-batasan seksual terhadap dirinya, juga tentang kewajiban kita untuk menghormati batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh orang lain.
Pendidikan dan edukasi tentang pemahaman consent yang mendalam dapat membantu untuk melakukan pencegahan terhadap tindak kekerasan seksual. Yuk, mulai dari dirimu dan orang sekitarmu!