Back

Saatnya Kita Jadi Kartini Masa Kini

Author : Teliana Juwita, S.Sos. – Pengurus Nasional Data dan Informasi Forum Genre Indonesia

Genrengers pasti udah tau banget nih! Kalau Raden Ajeng Kartini  jadi salah satu sosok emansipasi yang menghadirkan kesetaraan gender dalam masyarakat Indonesia. Nah, pandangannya ini lahir dari kemampuan dan kebebasan berpikir perempuan eropa pada masa itu, yang jika dibandingkan dengan kondisi perempuan Indonesia sangatlah tertinggal jauh. 

Oke, kita udah flashback sedikit ya tentang perjuangan R.A Kartini pada masanya. Nah, terus gimana perjuangan kita sebagai perempuan di masa kini supaya tetap jadi kartini masa kini ya?

Apa yang dihadapi perempuan masa kini?

Setiap zaman pasti punya tantangannya sendiri, tentu era Kartini hadir dan masa kini jauh berbeda. Coba kita jelajahi bersama apa saja tantangan perempuan yang hidup di masa kini?

  1. Kesenjangan Gender yang Masih Nyata

Secara global, kita masih butuh waktu sekitar 135,6 tahun untuk mencapai kesetaraan gender secara optimal di seluruh dunia. Hal ini dinyatakan World Economic Forum (WEF) berdasarkan data Global Gender Gap Report 2021 yang mereka kumpulkan dari 156 negara. Indonesia sendiri masih berada diposisi 101 dari 156 negara, duh sedih deh:( 

  1. Masih Belum Luput dari Beban Ganda

Beban Ganda apaansi? Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen. Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja di wilayah publik, namun tidak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domestik. Contohnya:
“Gapapa sih jadi perempuan berkarir, tapi pekerjaan rumah tangga kan tugas wajib perempuan”  Huhu padahal kan bisa ya berbagi peran?

  1. Kekerasan dan Pelecehan Seksual yang Masih Kerap Terjadi

Sepanjang pandemi covid19 yang melanda di Indonesia ternyata diiringi dengan meningkatnya kekerasan seksual di Indonesia. CATAHU 2021 mencatat kalau ada 299.911 kasus kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2020. Jumlah kasus yang tercatat ini berkurang secara signifikan jika dibandingkan dengan CATAHU 2020 yang mencatat sebanyak 431.471 kasus. Miris banget gak sih Genrengers? 

Terus Apa yang Bisa dilakukan Sebagai Kartini Masa Kini?

Kita bisa untuk lebih mengoptimalkan peran serta perempuan di empat sektor utama. Apa aja empat sektor itu? Pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan pencegahan kekerasan.

  1. Optimalisasi Perempuan dalam Pendidikan

Pemerintah mengimplementasikan wajib belajar 12 tahun serta menyediakan kesempatan bagi anak-anak dari keluarga miskin melalui Kartu Indonesia Pintar dan Program Keluarga Harapan.

  1. Perempuan dan Kesehatan

Kalau di sektor kesehatan, Indonesia lagi fokus untuk memperbaiki akses dan kualitas pelayanan kesehatan untuk ibu, anak, dan remaja, mengakselerasi usaha perbaikan nutris, mengintegrasikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum pendidikan, mendorong pengetahuan dan keterampilan berkeluarga, serta memperbaiki akses dan kualitas keluarga berencana. Salah satunya tentu aja melawan stunting ya, Genrengers!

  1. Ketenagakerjaan

Memperluas kesempatan kerja, mendorong fleksibilitas pasar tenaga kerja, menyesuaikan gaji, memperbaiki keterampilan dan kapasitas tenaga kerja perempuan, dan menguatkan implementasi kesetaraan gender di tempat kerja.

  1. Pencegahan dari Kekerasan

Indonesia menargetkan peningkatan pemahaman atas definisi kekerasan juga menyediakan perlindungan hukum bagi kasus kekerasan terhadap perempuan, dan meningkatkan efektivitas pelayanan bagi penyintas anak dan perempuan. Pas banget, 12 April lalu DPR telah mengesahkan UU TPKS yang perlu kita kawal bersama implementasinya agar selalu pro terhadap korban ya!

Nah, kita harus lebih semangat ya Genrengers! Supaya perjuangan Kartini tidak pernah sirna dan muncul kartini-kartini baru masa kini, kayak kamu! Semangat!

Quotes:

“Perempuan bisa menjadi aktor strategis di dalam pembangunan. Tidak hanya pembangunandi desa-desa, tetapi juga pembangunan secara nasional yang dapat mengubah kehidupan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera. “

Source: