Back

IMS 101: HAL YANG PERLU KAMU TAHU TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Infeksi Menular Seksual?

Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Infeksi Menular Seksual merupakan salah satu jenis penyakit menular yang banyak diderita orang di seluruh dunia. Infeksi Menular Seksual (IMS) disebabkan oleh berbagai macam bakteri, virus, dan parasit yang berpindah dari satu orang ke orang lain terutama melalui kontak seksual melalui vagina, anus ataupun mulut. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang berbeda dapat ditularkan secara bersamaan, dan adanya infeksi semacam ini akan meningkatkan risiko tertular jenis IMS lainnya.

Beberapa Penyakit IMS yang Banyak terjadi Pada Remaja

Sexually Transmitted Infections atau yang kita kenal dengan sebutan Infeksi Menular Seksual ini juga harus menjadi perhatian bagi remaja. Remaja memili risiko terkena IMS dari perspektif perilaku dan biologis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shannon (2018), secara perilaku remaja lebih cenderung melakukan perilaku seksual berisiko tinggi seperti berganti pasangan atau melakukan hubungan seksual tanpa kondom. Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa korteks prefrontal, yang bertanggung jawab untuk fungsi eksekutif pada manusia masih berkembang selama masa remaja. 

Selain itu, remaja memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengakses dan memanfaatkan layanan kesehatan reproduksi dibandingkan dengan orang dewasa. Faktor-faktor ini menyebabkan kemungkinan paparan yang lebih tinggi dan kemungkinan diagnosis dan pengobatan yang lebih rendah di kalangan remaja. Dari perspektif biologis, remaja putri sangat rentan terhadap IMS seperti infeksi Chlamydia trachomatis (Klamidia) dan infeksi human papillomavirus (HPV) karena produksi lendir serviks yang lebih rendah dan peningkatan ektopi serviks sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya IMS pada remaja perempuan dibandingkan infeksi pada perempuan dewasa.

Beberapa penyakit akibat IMS yang banyak terjadi pada remaja antara lain adalah:

1. Klamidia

Klamidia adalah infeksi bakteri yang sering terjadi pada remaja. Infeksi ini dapat menyebabkan gangguan pada saluran reproduksi dan meningkatkan risiko komplikasi seperti penyakit radang panggul pada wanita dan juga infertilitas.

2. Gonore

Gonore atau yang dikenal juga dengan kencing nanah disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat menular melalui hubungan seksual. Jika tidak diobati, gonore dapat menyebabkan infeksi saluran reproduksi, radang panggul, dan masalah kesehatan jangka panjang lainnya.

3. Sifilis

Sifilis atau Raja Singa merupakan penyakit akibat infeksi bakteri Treponema pallidum. Tanpa pengobatan, sifilis dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf, jantung, otak, dan berbagai organ tubuh lainnya. Sifilis ini juga dapat menular dari ibu hamil ke bayinya selama kehamilan.

4. Herpes Genital

Herpes genital disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 1 (HSV-1) atau tipe 2 (HSV-2). Infeksi ini dapat menyebabkan luka di area genital dan mulut. Herpes genital tidak dapat disembuhkan dan gejalanya dapat kambuh secara periodik.

5. Human Papillomavirus (HPV)

HPV merupakan virus yang dapat menyebabkan kutil genital dan berbagai jenis kanker, termasuk kanker serviks, vagina, vulva, penis, dan orofaringeal (tenggorokan belakang)

6. HIV/AIDS

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Remaja yang terinfeksi HIV dapat menghadapi risiko serius terhadap kesehatan dan kehidupan.

Bagaimana Mencegah dan Apa yang Harus Dilakukan Jika Terkena IMS?

Tindakan pencegahan yang efektif dimulai dengan memberikan pendidikan seksual yang komprehensif kepada remaja. Edukasi ini harus meliputi informasi yang jelas dan akurat tentang IMS, termasuk risiko penularan, cara penyebaran, dan metode pencegahannya. Dengan memahami secara mendalam tentang IMS, remaja akan memiliki pengetahuan yang kuat untuk membuat keputusan yang bijaksana mengenai aktivitas seksual.

Pendidikan seksual yang komprehensif dapat membantu remaja memahami pentingnya penggunaan kondom dalam setiap hubungan seksual. Kita sebagai remaja perlu menyadari bahwa tidak menggunakan kondom meningkatkan risiko penularan IMS secara signifikan. Selain itu, remaja juga perlu diberikan informasi tentang bahaya bergonta-ganti pasangan. Setiap kali terlibat dalam hubungan seksual dengan pasangan baru, risiko penularan IMS meningkat. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Memahami konsep monogami dan komunikasi yang jujur dalam hubungan dapat membantu remaja dalam menghindari risiko IMS.

Selain pendidikan seksual, vaksinasi juga merupakan langkah pencegahan yang penting. Vaksinasi melawan IMS tertentu, seperti Human Papillomavirus (HPV), dapat memberikan perlindungan jangka panjang kepada remaja. Dengan mendapatkan vaksin HPV, remaja dapat mengurangi risiko terkena IMS ini dan melindungi kesehatan reproduksi di masa depan. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung remaja agar dapat merasa nyaman untuk mengajukan pertanyaan tentang seksualitas dan IMS kepada profesional kesehatan yang terlatih, sehingga dapat memperoleh informasi yang akurat dan bermanfaat.

Melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan reproduksi remaja juga dinilai sangat penting untuh mencegah dan mendeteksi segera penyakit akibat infeksi menular seksual yang mungkin tidak disadari oleh remaja, khususnya remaja yang sudah aktif secara seksual. Dengan melakukan pemeriksaan rutin, remaja dapat melakukan tes untuk IMS dan jika terdeteksi adanya infeksi, kita akan segera mendapatkan pengobatan yang diperlukan. Tindakan ini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius dan melindungi kesehatan reproduksi remaja itu sendiri. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada layanan kesehatan terdekat, seperti praktik dokter ataupun puskesmas. 

Tindakan pencegahan IMS pada remaja melibatkan pendidikan seksual yang komprehensif, kesadaran tentang risiko penularan IMS, penggunaan kondom, menjaga kesetiaan dalam hubungan yang eksklusif, menghindari bergonta-ganti pasangan secara sering, mendapatkan vaksinasi yang relevan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku seksual yang aman. Dengan pendekatan ini, diharapkan kita sebagai remaja dapat terhindar dari berbagai penyakit akibat infeksi menular seksual.

Penulis: Farhansyah Pratama

Referensi:

  1. Wagenlehner, F. M., Brockmeyer, N. H., Discher, T., Friese, K., & Wichelhaus, T. A. (2016). The Presentation, Diagnosis, and Treatment of Sexually Transmitted Infections. Deutsches Arzteblatt international113(1-02), 11–22. https://doi.org/10.3238/arztebl.2016.0011
  2. Shannon, C. L., & Klausner, J. D. (2018). The growing epidemic of sexually transmitted infections in adolescents: a neglected population. Current opinion in pediatrics30(1), 137–143. https://doi.org/10.1097/MOP.0000000000000578
  3. Agwu A. Sexuality, Sexual Health, and Sexually Transmitted Infections in Adolescents and Young Adults. Top Antivir Med. 2020 Jun;28(2):459-462. PMID: 32886466; PMCID: PMC7482983.
  4. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Sexually Transmitted Infections (STIs) in Adolescents and Young Adults. Available: https://www.cdc.gov/std/life-stages-populations/adolescents-youngadults.htm